Tuesday, November 22, 2011

Hikmah Dialog antara Yahudi dan Muslim

Dialog Pertama;
Pasca tragedi pembantaian kaum Muslimin oleh Yahudi di Masjid Al-Aqsho beberapa tahun yang lalu (2008), ada seorang Muslim yang bertemu dengan Yahudi, lalu dia berkata: “Meskipun lama, namun suatu ketika nanti kami akan mengusir kalian dari Palestina dengan hina dina, dan kami akan merebut kembali Masjid Al-Aqsho, sehingga pohon dan batu akan membantu kami dalam memerangi kalian”.
Yang mengherankan, orang Yahudi itu berkata: “Ya, itu benar. Hal itu kami baca di Kitab kami, dan diketahui oleh kami baik yang ‘aalim (berilmu) maupun yang bodoh, namun (yang mengalahkan kami) bukan Muslimin (semacam) kalian”.
Maka si Muslim berkata: “Lalu siapa ?”. Yahudi itu menjawab: “Mereka adalah kaum Muslimin yang jumlah jama’ah Sholat Shubuhnya sama seperti jumlah jama’ah Sholat Jum’at”.

(Kitab Mukhtashor Asyrotus Sa’ah, taqdim: Syaikh Abdullah al-Jibrin, hlm.28)
Wahai kaum Muslimin, kapankah kita menjadi seperti itu ?
Bahan Renungan

Alangkah benar yang dikatakan oleh orang Yahudi tersebut, kalau kita perhatikan realita ummat sungguh menyedihkan beribu-ribu masjid telah dibangun tapi sepi dari umatnya, masjid-masjid hanya ramai saat Ramadhan atau hari-hari raya umat saja. Seolah-olah mereka hanya mengenal ALLAH saat Ramadhan dan Hari besar saja, barangsiapa yang menyembah Ramadhan, maka setelah Ramadhan mereka kembali lagi berbuat maksiat dan dosa-dosa. Dan barangsiapa yang menyembah ALLAH maka dia akan tetap istiqomah dalam ketaatan karena ALLAH akan selalu hadir dalam hatinya walau Ramadhan telah berlalu.
Dan benarlah Sabda Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam bahwa sholat yang terberat bagi kaum munafik adalah sholat isya dan shubuh berjamaah.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu;anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَتُقَامَ ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيُصَلِّيَ بِالنَّاسِ ثُمَّ أَنْطَلِقَ مَعِي بِرِجَالٍ مَعَهُمْ حُزَمٌ مِنْ حَطَبٍ إِلَى قَوْمٍ لَا يَشْهَدُونَ الصَّلَاةَ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ بِالنَّارِ
“Shalat yang dirasakan paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku berkeinginan untuk menyuruh seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami manusia, lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.”
(HR. Al-Bukhari no. 141 dan Muslim no. 651)
Dan Umat Islam tidak akan berjaya sampai mereka yakin dan tunduk patuh serta mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam dan bukan seperti kaum munafikin hanya sebatas pengakuan lisan saja tanpa bukti amalannya.
Sumber: Majalah Al-Furqon Edisi ke-7 Tahun ke-8 / Shofar 1430 [Feb 2009]
Dialog Kedua;
Dalam tarikh (sejarah) diceritakan: Ibnu Hajar Al ‘Asqolani rahimahullah ( 773- 852 H ) dulu adalah seorang hakim besar Mesir di masanya ( Sekarang seperti Pejabat Tinggi Ketua Mahkamah Agung). Beliau jika pergi ke tempat kerjanya berangkat dengan naik kereta yang ditarik oleh kuda-kuda atau keledai-keledai dalam sebuah arak-arakan.
Pada suatu hari beliau dengan keretanya melewati seorang yahudi Mesir. Si yahudi itu adalah seorang penjual minyak. Sebagaimana kebiasaan tukang minyak, si yahudi itu pakaiannya kotor. Melihat arak-arakan itu, si yahudi itu menghadang dan menghentikannya.
Si yahudi itu berkata kepada Ibnu Hajar: “Sesungguhnya Nabi kalian berkata:
(( الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ))
Dunia itu penjaranya orang yang beriman dan surganya orang kafir. (HR. Muslim)
Namun kenapa engkau sebagai seorang beriman menjadi seorang hakim besar di Mesir, dalam arak-arakan yang mewah, dan dalam kenikmatan seperti ini. Sedang aku -yang kafir- dalam penderitaan dan kesengsaran seperti ini.”
Maka Ibnu Hajar menjawab: “Aku dengan keadaanku yang penuh dengan kemewahan dan kenimatan dunia ini bila dibandingkan dengan kenikmatan surga adalah seperti sebuah penjara. Sedang penderitaan yang kau alami di dunia ini dibandingkan dengan yang adzab neraka (yang kau terima) itu seperti sebuah surga.”
Maka si yahudi itupun kemudian langsung mengucapkan syahadat: “Asyhadu anla ilaha illallah. Wa asyhadu anna Muhammad rasulullah,” tanpa berpikir panjang langsung masuk Islam.
Subhanallah, sangat menakjubkan hadits Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kisah ini…
Bahan Renungan:
Imam An-Nawawi menjelaskan hadits ini: “Dunia itu penjaranya orang yang beriman dan surganya orang kafir.”
مَعْنَاهُ أَنَّ كُلّ مُؤْمِن مَسْجُون مَمْنُوع فِي الدُّنْيَا مِنْ الشَّهَوَات الْمُحَرَّمَة وَالْمَكْرُوهَة ، مُكَلَّف بِفِعْلِ الطَّاعَات الشَّاقَّة ، فَإِذَا مَاتَ اِسْتَرَاحَ مِنْ هَذَا ، وَانْقَلَبَ إِلَى مَا أَعَدَّ اللَّه تَعَالَى لَهُ مِنْ النَّعِيم الدَّائِم ، وَالرَّاحَة الْخَالِصَة مِنْ النُّقْصَان . وَأَمَّا الْكَافِر فَإِنَّمَا لَهُ مِنْ ذَلِكَ مَا حَصَّلَ فِي الدُّنْيَا مَعَ قِلَّته وَتَكْدِيره بِالْمُنَغِّصَاتِ ، فَإِذَا مَاتَ صَارَ إِلَى الْعَذَاب الدَّائِم ، وَشَقَاء الْأَبَد .
“Maknanya bahwa setiap mukmin itu dipenjara dan dilarang di dunia ini dari kesenangan-kesenangan dan syahwat-syahwat yang diharamkan dan dibenci. Dia dibebani untuk melakukan ketaatan-ketaatan yang terasa berat. Jika dia meninggal dia akan beristirahat dari hal ini. Dan dia akan berbalik kepada apa yang dijanjikan Allah berupa kenikmatan abadi dan kelapangan yang bersih dari cacat.
Sedangkan orang kafir, dia hanya akan mendapatkan dari kesenangan dunia yang dia peroleh, yang jumlahnya sedikit dan bercampur dengan keusahan dan penderitaan. Dan bila dia telah mati, dia akan pergi menuju siksaan yang abadi dan penderitaan yang selama-lamanya.”
(Syarah Shohih Muslim No. 5256)

0 comments:

Post a Comment