Monday, November 21, 2011

Kontroversi, Berkebun Emas penuh dengan “Bunga”


Diantara pembaca mungkin sudah pernah mendengar Jurus Cerdas BerInvestasi EMAS, dengan iming iming mendapatkan EMAS dengan harga atau modal yang sangat minim dengan MODAL HANYA 1/3 Dari Harga EMAS ? mungkin anda sudah pernah ikut seminarnya, atau malah sudah kena virusnya dan mempraktekkannya sekarang. Tapi pernahkah anda bertanya bagaimana status investasi ini jika ditinjau secara syariat..???
Akankah kita menjadi tanda-tanda akhir-akhir zaman sekarang ini, dimana orang tidak peduli lagi dengan syariat, tidak peduli lagi manakah yang halal dan yang haram. Pokoknya segala macam cara ditempuh asalkan bisa dapat harta banyak hidup enak. Benarlah sabda Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.”[ HR. Bukhari no. 2083 ]


Sebagai pribadi muslim, sudah selayaknya kita tidak hanya memikirkan bagaimana meraih harta yang banyak saja, tapi juga sama pentingnya adalah meraih nilai keberkahan dari harta yang kita miliki. Betapa banyak orang yang memiliki harta, tapi hidupnya tidak tenang, gelisah ketahuan KPK, ketakutan sampai rela pisah dengan suami lari ke luar negeri, kabur sejauh-jauhnya meninggalkan rumah dan saudara tercinta, atau sakit-sakitan, takboleh makan daging, makan nasi dibatasi 200 gram sehari, tidak boleh ini itu, padahal harta kekayaannya takhabis tujuh turunan. Atau dapat hartanya banyak, tapi juga habisnya banyak dan takada bekasnya seperti dikisahkan dalam buku “BERANI KAYA, BERANI TAKWA” dikisahkan seorang pengusaha meubuel eksport satu daerah dengan penulis buku, sukses, omzet ratusan juta, karyawannya banyak, dari luar orang sudah tahu bahwa dia sukses, dan tajirr abis. Tapi suatu hari, pengusaha itu datang ke rumah si penulis buku ini, coba tebak untuk apa..??? untuk pinjam uang 10 juta katanya..?? percayakah anda, begitu juga penulis buku sampai terheran-heran tak salah nih pa, mau pinjam uang ke saya..?? Dari situlah dia cerita tentang dunia bisnisnya, dengan berbagai trik dan muslihat tak kenal halal-haram yang penting untung besar, dia akui bahwa pendapatanya banyak, tapi habis takada bekasnya ada saja kejadian2 yang menguras hartanya, entah ditipu, kecelakaan, sakit, dsb…
Kembali masalah berkebun emas..?? bagaimanakah sebenarnya jika ditinjau secara syariat,

TRIK NAKAL ZAMAN MODEREN
Bersama kemajuan peradaban dan teknologi, berkembang pula trik-trik nakal para pemakan Riba. Wajar bila trik-trik nakal untuk dapat melanggar syariat Allah Ta’ala semakin rapi dan terencana. Di antara trik nakal terbaru para rentenir yang kini sedang digandrungi oleh banyak orang ialah “berkebun emas”. Ketika mendengar namanya, mungkin Anda langsung bertanya: Bila emas yang ditanam di kebun, lalu “bunga”nya berbentuk apa?

Trik nakal ini tentu saja bukan dengan cara menginvestasikan hasil jual emas pada proyek-proyek yang menghasilkan, baik pada perniagaan, industri pertanian atau lainnya. Namun emas yang Anda “tanam” dalam program berkebun emas, sejatinya Anda gadaikan ke perbankan atas piutang yang Anda terima darinya. Dan atas piutang yang Anda terima, Anda harus membayar biaya penitipan emas yang Anda titipkan (baca: gadaikan) ke bank terkait.
Dan mencermati contoh berkebun emas yang dimuat di situs http://www.berkebunemas.net/ (sayang link ini sudah tidak bisa dibuka lagi-kena hacked) tapi masih bisa lihat duplikatnya di http://purwo.com/2009/06/03/sedikit-bocoran-investasi-emas-cerdas-ala-kebun-emas.html.

Nampak dengan jelas bahwa biaya penitipan emas Anda sebesar 8 %. Dengan demikian, jelaslah bahwa praktek berkebun emas sejatinya ialah Anda berutang sejumlah uang ke bank, dengan membayar bunga sebesar 8 %. Anda rela melakukan hal ini karena terbuai oleh harapan harga emas akan naik melebihi besaran bunga atau biaya penitipan yang Anda bayarkan ke bank.
Di antara bukti nyata bahwa berkebun emas sejatinya adalah akad utang piutang dengan agunan (gadai) ialah proses penebusan emas pada akhir pnoses berkebun. Pada saat itu Anda hanya berkewajiban membayar sejumlah uang yang dahulu Anda terima dari bank, tanpa lebih atau kurang. Andai berkebun emas adalah benar-benar investasi, niscaya bank tidak akan rela menjual emasnya kepada Anda senilai piutang yang Anda terima. Padahal Anda menyadari bahwa harga emas seringnya semakin bertambah hari semakin mahal. Karenanya, tidak diragukan investasi dengan berkebun emas, sejatinya adalah kamuflase belaka agar dapat menunuti naluri Riba para rentenir. (www.pengusaha muslim.com)

Menurut Habib Saleh, itu adalah Hiilah. Artinya mempermainkan hukum Allah sehingga hal yang haram bisa dibuat halal secara syar’ie. Habib tersebut mencontohkan, misalnya di Puncak ada orang yang ingin (maaf) bersetubuh dengan wanita yang bukan muhrimnya. Jika dilakukan begitu saja, maka itu adalah zina.Haram. Agar tidak haram, maka ada “Kyai” yang mengawinkan mereka berikut 2 saksi. Setelah itu baru mereka melakukan itu. Sehari dua hari, jika sudah puas,mereka pun bercerai. Secara syar’ie itu mungkin halal. Namun Allah Maha Mengetahui isi hati manusia. Oleh karena itu Allah menilai sesuatu dari niat kita. “Innamal â’maalu bin niyaat”. Sesungguhnya amal itu tergantung niat (muttafaq’alaihi).

Dari segi syariah, bisa jadi syarat sah pembiayaan gadai sudah bisa terpenuhi secara sempurna. Tapi, yang jadi masalah adalah motif atau niat yang mendasarinya adalah spekulasi alias dekat-dekat dengan perjudian. Kalau masalah niat itu adalah masalah hati dan hanya Allah Subhanahu wa ta’ala yang tahu. Lagi pula orang yang melakukan gadai mungkin jarang ditanya motifnya apa.Sejatinya, mekanisme gadai disediakan bagi pihak-pihak yang sedang terdesak masalah keuangan secara sementara. Di dalam nya lebih banyak terkandung pesan tolong-menolong. Komersialisasi gadai memang pada akhirnya membawa ekses bahwa unsur seperti ini hilang sama sekali….http://esharianomics.com/opinion/berkebun-emas-dan-kawin-kontrak/

Mungkin, ada yang sebel sedikit-sedikit syariat, dikit-dikit agama, dikit-dikit haram, hidup kok susah banget..?? Mengapa anggapan negatif semacam itu muncul, sehingga mengesankan bahwa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya merupakan sebuah upaya yang sama sekali tidak menyenangkan, apatah lagi mendatangkan kelezatan? Banyak faktor yang mengelabui manusia sehingga membuat mereka memiliki persepsi yang salah semacam itu.
Di antaranya adalah unsur kecintaan kepada dunia -yang notabene sementara dan fana- dan melupakan akherat -padahal akherat itu kekal dan abadi-. Dunia, dengan segenap perhiasannya telah banyak menipu orang. Berbicara soal cinta dunia, tak bisa lepas dari godaan harta, wanita, ataupun tahta. Iblis dan bala tentaranya telah sekian lama berkecimpung dalam dunia ‘fitnah’ ini untuk menjebak manusia ke jurang-jurang kebinasaan, melalui pintu harta, wanita, atau tahta. Soal harta, bukanlah perkara yang ringan.

Gara-gara dunia, sebagian orang pun rela menjual agamanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersegeralah dalam melakukan amal-amal, sebelum datangnya fitnah-fitnah bagaikan potongan-potongan malam yang gelap gulita, sehingga membuat seorang yang di pagi hari beriman namun di sore harinya menjadi kafir, atau sore harinya beriman namun di pagi harinya menjadi kafir, dia menjual agamanya demi mendapatkan kesenangan duniawi semata.” (HR. Muslim)
Karena banyaknya orang yang tertipu oleh harta, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengingatkan kepada mereka. Beliau bersabda,
Sesungguhnya pada setiap umat (kaum) ada fitnah (yang merusak/menyesatkan mereka) dan fitnah (pada) umatku adalah harta..” (HR. Bukhari)

Dan salahsatu tanda keberkahan harta yang kita miliki adalah, dengan nikmat harta tersebut semakin menambah kedekatan kita kepada ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala, dengan punya mobil atau sepeda motor tak pernah tertinggal sholat jama’ah di masjid, dengan nikmat internet bisa berdakwah lewat rekan dan saudara bukan malah tambah harta, malah tambah jauh dari masjid, pilih rumah yang jauh dari masjid risih terganggu adzan melulu, banyak harta tapi habis untuk foya-foya dan maksiat dsb.
Sebagaimana yang dikisahkan Aisyah rodliyallohu anha berkata:“Adalah Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam sholat malam sampai kakinya bengkak.” Aisyah bertanya: “Mengapa engkau melakukan hal itu wahai Rosululloh, bukankah Alloh telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?” Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Tidak bolehkah jika aku ingin menjadi hamba yang bersyukur?
Ini dia apakah ada kenikmatan di dunia ini yang melebihi Janji Surga..?? tapi lihat bagaimana cara Rasulullah bersyukur..?? Sangat jauh sekali dibandingkan dengan kita saat mendapat nikmat dunia yang takseberapa ini.
Berhati-hatilah dalam berusaha mencari harta, bertanyalah kepada Ulama’, berilmu sebelum bertindak, karena manusia akan ditanya di hari kiamat tentang hartanya bagaimana ia mendapatkannya dan kemana ia habiskan.
Perhatikan Peringatan keras Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ini:
“Siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram maka Neraka lebih pantas baginya.[Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 501]
Wallahu’alam

0 comments:

Post a Comment